Liputan6.com, Jakarta Jenderal Andika Perkasa telah resmi menyerahkan tongkat komando sebagai Panglima TNI kepada Laksamana Yudo Margono.
Andika pensiun dari TNI Desember ini, santer bahwa yang bersangkutan dilirik untuk langsung terjun ke dunia politik.
Advertisement
Baca Juga
Pengamat Politik Dedi Kurnia Syah melihat peluang Andika di politik cukup baik. Latar belakang sebagai militer dan kebijakannya selama menjadi Panglima TNI menjadi modal untuk menggaet pemilih bila tertarik bertarung di Pilpres.
"Andika miliki peluang cukup baik, latar militer yang ia miliki, termasuk karakter dan kebijakannya selama memimpin militer cukup ramah dan populia bagi publik, dengan situasi itu Andika mudah menggaet pemilih," ujar Dedi kepada wartawan, dikutip Rabu (21/12/2022).
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) ini berdasarkan hasil survei, Andika juga memiliki tingkat kesukaan publik yang cukup tinggi.
Bila berminat menjadi calon presiden atau calon wakil presiden, Andika disarankan tidak perlu gabung partai. Peluangnya lebih besar jika tidak terafiliasi dengan partai politik manapun.
"Peluang Andika akan jauh lebih besar jika ia tetap tanpa partai, meskipun dalam Pilpres ia perlu partai yang merekomendasikan," kata Dedi.
Andika punya peluang direstui sebagai calon wakil presiden mendampingi Anies Baswedan. Selain sebelumnya masuk bursa NasDem, Andika diyakini mudah dapat restu dari Demokrat dan PKS. Lebih khusus, Andika punya hubungan baik dengan keluarga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Keyakinan ini setidaknya merujuk pada hubungan keluarga Andika dengan SBY, di mana Demokrat masih tetap didominasi SBY, soal AHY rasanya bukan tipe pemuda yang ambisius harus Cawapres, sepanjang untuk kebaikan Demokrat, besar kemungkinan AHY ikut merestui," jelas Dedi.
Â
Jadi Menteri
Sementara, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin memandang Andika membutuhkan menaikan elektabilitas bila ingin bertarung di Pilpres.
Tetapi untuk menjadi capres agak berat karena berhadapan dengan Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto yang memiliki elektabilitas tiga teratas.
Andika bisa menaikkan nilai jualnya menjadi calon wakil presiden supaya dilirik partai politik dengan punya elektabilitas yang tinggi.
Ujang menuturkan, Andika perlu punya jabatan publik untuk menaikkan elektabilitasnya. Salah satu caranya adalah menjadi menteri. Andika bisa memanfaatkan posisi menteri untuk mensosialisasikan dirinya dengan prestasi memimpin kementerian.
"Kalau cawapres artinya bisa saja ketika dia jadi menteri lalu bermanuver menaikan elektabilitas meningkatkan prestasinya agar dikenal publik bisa menjadi cawapres bisa saja menjadi pendatang baru yang dianggap prospektif menjadi cawapres dan bisa bersaing dengan cawapres-cawapres yang lain yang beredar saat ini," paparnya.
Meski masuk partai politik sekalipun, tanpa jabatan publik kecil peluang Andika maju di Pilpres. Karena elektabilitasnya belum kompetitif.
"Kalau tidak punya posisi apa-apa pensiun lalu juga mengatur elektabilitas juga berat," kata Ujang.
Menjadi pendamping Anies Baswedan pun sulit karena mantan gubernur DKI Jakarta itu memerlukan calon pendamping dengan elektabilitas yang bisa mengisi kekurangan. Andika masih belum memenuhi kriteria tersebut.
"Lalu menjadi cawapres Anies juga berat karena tidak punya jabatan, elektabilitas tidak punya tentu sulit menjadi cawapres Anies. Karena kalau tidak punya jabatan tidak ada partai mendukung sulit untuk menjadi cawapres mendampingi Anies," kata Ujang.
Â
Advertisement
Tidak Perlu Buru-buru
Setelah pensiun, Andika disarankan tidak perlu buru-buru langsung terjun ke politik. Peneliti Politik BRIN Wasisto Raharho Jati menilai, kepemimpinan TNI di bawah Andika mendapatkan apresiasi positif. Hal itu menjadi modal bagi Andika untuk memasuki dunia sipil.
Tetapi untuk terjun ke politik, Andika perlu menunggu momentum yang tepat. "Terkait peluang politik, ada baiknya Jenderal Andika tidak perlu tergesa gesa. Sebaiknya menunggu momentum yang tepat untuk menapaki karir selanjutnya," ujar Wasisto.
Namun, peluang Andika menjadi menteri lebih terbuka daripada bertarung di dunia politik. Prestasinya selama di TNI yang mendapat apresiasi positif, menjadi modalnya dilirik Presiden Joko Widodo.
"Peluang itu dimungkinkan (jadi menteri). Terlebih lagi dengan prestasi menempatkan TNI selalu konsisten mendapatkan apresiasi positif tentu menjadi portofolio tersendiiri," kata Wasisto.
Â
Â
Reporter: Ahda Bayhaqi/Merdeka.com